Keindahan desa kuto tanjung


Desa kuto tanjung atau dalam bahasa rejang rawas kutuitanyung. terletak dikecamatan ulu rawas kabupaten musi rawas provinsi Sumatra selatan. Desa ini berada di ujung kecamatan ulu rawas tepatnya berada di pinggir hutan lindung kerinci seblat.  
Budaya masyarakat di ulu rawas terutama desa kuto tanjung sangat unix dan sulit ditemukan di daerah lainnya. Salah satunya adalah bahasa. Bahasa di daerah ini menggunakan bahasa rejang. Mempunyai sedikit kemiripan dengan bahasa rejang lebong Bengkulu, namun bahasa keduanya sangat jauh berbeda hal itu dapat terlihat dari kosakata. Banyak kosakata bahasa
rejang rawas tidak dimengerti oleh orang terbisa dengan bahasa rejang lebong.  Bahasa rejang di kecamatan ulu rawas sangat asing ditelinga orang Indonesia. Dijamin ketika melakukan percakapan maka tidak satupun yang dapat dimengerti oleh orang yang belum terbiasa dengan bahasa rejang ini.
Selain bahasa ada banyak social kultur yang menarik dan unix di daerah ini.  Seperti kuatnya gotong royong dan kekeluargaan. Jika kita melihat akhir-akhir ini banyak daerah yang dahulu sangat kegotong royong sekarang menjadi pudar. Didesa kuto tanjung dan kec ulu rawas system gotong royong sangat seperti gotong royong membuat rumah, membuat arena untuk persedekahan, gotong royong memperbaiki sarana desa, bangunan sekolah. Tidak ada upah dalam gotong royong masyarakat yang ikut gotong royong biasanya disiapkan makanan untuk dimakan secara bersama. Jika gotong royong fasilitas umumm seperti bangunan sekolah atau masjid biasanya masyarakat iuran untuk membeli konsumsi.
Kuatnya rasa kekeluargaan di tengah masyarakat ini terus bertahan sampai hari ini. Didalam masyarakat juga masih hidup hukum desa. Beberapa hukum adat desa adalah menyelesaikan persengketaan di rumah kepala desa terlebih dahulu sebelum di serahkan kepada pihak berwajib. Hal ini menurut agar persoalan tidak menjadi sulit dan memecah belah kesatuan. Dengan hokum desa biasa masyarkat yang bersengketa akan di damaikan oleh aparat desa
Dalam persedekahan dan pernikahan. Masyarakat disni sangat unix seperti jika adanya istilah ‘nyerah’. Nyerah dalam hal ini adalah ketika seorang perempuan menuntut pihak keluarga laki-laki untuk menikahkannya.  Ada juga istilah nikah gelap. Nikah gelap adalah menikah ditengah malam hanya dengan lilin. Nikah gelap biasanya terjadi jika si pria mau menikahkan perempuan yang melakukan ‘nyerah’ sehingga kedaan sangat terdesak maka dilakukanlah nikah gelap.  Dalam acara pernikahan biasa para undangan membawa sokongan baik berupa beras, buah kelapa, uang dan belanja dapur lainnya. Sehingga melakukan persedkahan pihak keluarga menjadi ringan.
Masyarakat disni juga sangat ramah, namun demikian masyarakat disini sangat berhati-hati dengan pendatang baru. Karena dalam masyarakat ada istilah ‘Menah’. Dalam masyarakat rejang ulu rawas menah diartikan orang asing yang tidak bisa berbahasa rejang atau orang yang berasal dari luar kecamatan ulu rawas. Masyarakat disini sangat mencintai hidup yang damai. Hal ini terlihat dari jarangnya kasus criminal yang dilakukan oleh masyarakat asli ulu rawas. Biasanya yang sering melakukan tindak criminal adalah pendatang dari luar. Itulah yang membuat masyarakat disini berhati-hati dengan pendatang asing atau yang disebut dengan ‘menah’.
Pemandangan diaerah ini sangat menggoda bagi siapa saja yang datang. Daerah berbukitan, dikelilingi hutan hijau dan air sungai yang bening. Maklum daerah ini masih asri. Ada beberapa lokasi wisata yang sering dikunjungi di ulu rawas terutama di desa kuto tanjung yaitu bukit batu dan sungai ampar. Bukit batu adalah sebuah bukit yang bergoa yang terletak antara desa napallicin dan desa kuto tanjung. Bukti ini memiliki goa yang terdiri dari tiga tingkat. Dalam goa sangat dan mempunyai banyak lorong jalan sehingga untuk menaiki puncak dibutuhkan pemandu yang sudah punya pengalaman. Dalam goa juga banyak ditemui stalaktit dan stalakmit. Batu-batu dalam goa ini sangat tajam ditambah keadaan goa yang gelap maka untuk memasuki diperlu penerang jalan atau senter.
Sungai ampar adalah air terjun yang terhampar diatas napal atau batuan lebar seperti bangunan semen. Disnilah objek wisata yang sering dikunjungi saat hari raya.  Sungai ampar adalah sebuah muara sungai yang masuk ke sungai rawas. Biasanya pengunjung menikmati riuh ombak dan beruduk santai menikmati indahnya pemandangan.  
Sebagian besar masyarakat disini hidup dengan berkebun, bersawah, dan sebagian kecil adalah pedagang. Ujung tombak ekonomi masyarakat disini adalah berkebun karet.  Karena mayoritas petani disini bekerja sebagai penyadap karet. Bertonton karet terjual setiap bulannya dari desa ini.
Namun meskipun mempunyai banyak potensi sumber daya alam masyarakat disini masih menghadapi kendala kurang pembangunan infrastruktur jalan, listrik dan telekomunikasi. Jalan tanah utama yang menghubungkan kecamatan dengan kota masih berbentuk tanah merah dan berbatu-batu. Selain jalan penghambat utama kurang berkembangnya masyarakat adalah listrik. Masyarakat biasa menggunakan mesin listrik diesel untuk menerangi 4 jam. Tidak banyak kegiatan yang bisa dilakukan tanpa listrik semuanya menggunakan tenaga.
Sudah meredeka puluhan tahun sedangkan keadaan masyarakat masih tertinggal seperti film hitam putih di zaman 45, suatu tamparan bagi pemerintah kabupaten dan provinsi membiarkan masalah tersebut berlarut-larut. Jika ada insfrastruktur jalan dan listrik yang baik kehidupan masyarakat di daerah ini  sangat makmur. Namun inilah yang harus dihadapi masyarakat bahwa pemerintah mengabaikan kewajibannya.


Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Jika perlu Silakan Berkomentar, Gunakan Kata-kata yg Pantas. Dan Kami tidak menampung Acara Debat. Terima Kasih Atas Kunjungannya dan Komentarnya